cover
Contact Name
Nia Kurniasih
Contact Email
sosioteknologi.jurnal@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
sosioteknologi.jurnal@gmail.com
Editorial Address
Gedung Sosioteknologi, Labtek VII, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Sosioteknologi
ISSN : 18583474     EISSN : 2443258X     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Sosioteknologi is a journal that focuses on articles that discuss results of an intersection of research fields of science, technology, arts, and humanities as well as the implications of science, technology, and arts on society. It is published three times a year in April, August, and December. Jurnal Sosioteknologi is a collection of articles that discuss research results, conceptual ideas, studies, application of theories, and book reviews. Jurnal Sosioteknologi has been indexed by Google Scholar and Indonesian Publication Index (IPI). ISSN: 1858-3474 Jurnal Sosioteknologi adalah jurnal yang memfokuskan pada tulisan berupa penelitian interseksi bidang ilmu sains, teknologi, seni, dan ilmu kemanusiaan serta implikasi sains teknologi dan seni terhadap kehidupan masyarakat. Terbit tiga kali setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember. Jurnal Sosioteknologi berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian, dan aplikasi teori, serta ulasan buku. Jurnal Sosioteknologi telah terindeks oleh Google Scholar, Citerseerx, dan Indonesian Publication Index (IPI). ISSN: 1858-3474
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 11 No. 26 (2012)" : 6 Documents clear
BATAS HATI DAN RASIO DALAM KEYAKINAN BERAGAMA (Tinjauan Atas Film Sang Pencerah Karya Sutradara Hanung Bramantyo) Acep Iwan Saidi
Jurnal Sosioteknologi Vol. 11 No. 26 (2012)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini berisi analisis film Sang Pencerah karya sutradara Hanung Bramantyo. Dengan menggunakan pendekatan kebudayaan dan metode interdisiplin, di dalamnya dibahas hubungan antara film sebagai artefak seni dengan isu-isu budaya, khususnya dalam kaitannya dengan masalah ritual keagaamaan, dalam hal ini agama Islam. Dalam konteks ini, hubungan antara hati dan rasio yang menjadi subyek penelitian utama berbanding lurus dengan hubungan antara tradisi dan modernitas sebagai paradigma zaman. Karena film ini diciptakan pada era kontemporer, studi atas film tersebut juga dihubungkan dengan fenomena ritual budaya dan agama saat ini. Kata kunci: pencerahan, kepercayaan, rasionalitas, paradigma jaman, interdisipliner This article contains an analysis of the film Sang Pencerah by Hanung Bramantyo Director · By using interdisciplinary approaches and methods of culture, in which discussed the interconnection between the film as an artifact of art with cultural issues, specifically in relation to swoop down a religious ritual, in this case Islam. In this context, the relation between the heart and the ratio of the subject matter of the main study is proportional to the relationship between tradition and modernity as a paradigm of era · Because this film was created in the contemporary era, studies are also connected with the phenomenon of cultural and religious rituals today · Keywords: enlightenment, belief, rationality, the paradigm of era, interdisciplinary
ANARKISME DALAM ANGRY BIRDS Resti Nurfaidah
Jurnal Sosioteknologi Vol. 11 No. 26 (2012)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angry Birds bukan hanya permainan digital yang lucu, seperti yang kerapkali dianggap banyak orang selama ini. Banyak hal yang terungkap di balik kelucuan itu, di antaranya, aksi anarkistis. Aksi anarkistis tersebut mengingatkan pikiran kita pada beberapa peristiwa serupa yang kerapkali terjadi di negeri ini. Untuk mengungkapkan hal itu, penulis menggunakan teori semiotik Roland Barthes dan eksplorasi ilmiah yang dilakukan oleh Huesmann. Teori Barthes digunakan untuk membedah tanda-tanda yang terdapat pada games tersebut, sedangkan teori Huesmann digunakan untuk mengeksplorasi efek yang ditimbulkan dari persinggungan antara manusia dan games yang bertemakan kekerasan tersebut. Sementara itu, pandangan Dittmar digunakan untuk mengurai afek yang muncul dari kebiasaan itu. Banyak hasil eksplorasi, salah satu di antaranya penelitian Huesmann, membuktikan bahwa tayangan kekerasan, disadari atau tidak, akan memberikan dampak tertentu kepada penontonnya. Angry Birds dan sederet permainan serupa juga disadari atau tidak akan meninggalkan jejak serupa pada kurun waktu tertentu. Tulisan ini memaparkan aspek anarkisme ditinjau dari sudut semiotik dan dampak yang mungkin muncul dalam games tersebut. Key Words: Angry Birds, games, kematian, anarkis, efek, dan afek. Angry Birds is not just a cute, funny, digital games as commonly considered by many people during this time. Many things are revealed behind the cuteness of it, among other things, the anarchism. Anarchism are reminded of our thoughts on some events that occur in several parts of country. To reveal it, I uses the semiotic theory of Roland Barthes and scientific exploration of L. Rowell Huesmann. Barthes' theory explorates the signs contained in those games while Huesmann theory explores the effect of the critical interface between humans and violent-themed games. Meanwhile, Dittmar's views used to disentangle affect of that habit. A lot of the exploration results, as Huesmann did, proving that a violent, realized or not, will give the specific impact to someone. Angry Birds and a series of similar games also realized or will not leave a trace in similar time. This paper described the anarchism viewed from semiotic, and the effect and affect that may appear in the games. Key Words: Angry Birds, games, death, anarchy, effect, and affect.
CITRA PEREMPUAN SUNDA DI DALAM KARYA SASTRA DAN FILM Rani Yulianty Iskandar
Jurnal Sosioteknologi Vol. 11 No. 26 (2012)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perempuan Sunda digambarkan melalui beberapa media yaitu karya sastra dan film. Di dalam karya sastra perempuan Sunda digambarkan memiliki kecantikan dan kecerdasan. Hal itu digambarkan melalui tokoh Dayang Sumbi dalam cerita rakyat Sangkuriang. Sementara itu di film, perempuan Sunda digambarkan melalui tokoh Nyi Iteung dalam film-film Si Kabayan. Nyi Iteung digambarkan sebagai perempuan yang memiliki kecantikan lokal dengan karakter polos dan sederhana. Akan tetapi, penggambaran tokoh Nyi Iteung di film mengalami transformasi pada film Si Kabayan Jadi Milyuner. Di film tersebut, Nyi Iteung tidak lagi digambarkan sebagai perempuan Sunda yang memiliki kecantikan khas lokal dan karakter polos dan sederhana. Akan tetapi, Nyi Iteung digambarkan sebagai perempuan yang memiliki kecantikan internasional (dengan pemeran Nyi Iteung berwajah indo) dengan karakter perempuan masa kini yang sibuk dan modern. Kata Kunci: perempuan, Sunda, citra, Dayang Sumbi, Nyi iteung, film Women of Sunda portrayed in the media through some works of literature and film. In the literature have described the female of Sunda has a beauty and intelligence. This is illustrated by the figures Dayang Sumbi in folklore Sangkuriang. Meanwhile in the film, Nyi Iteung illustrated by figures in the films Si Kabayan. Nyi Iteung described as a woman who has a local beauty with character plain and simple. However, the depiction of character in the movie Nyi Iteung transformed on film Si Kabayan Jadi Milyuner. In the film, Nyi Iteung no longer portrayed as a woman who has beauty local specialties and character plain and simple. However, Nyi Iteung described as a woman who has an international beauty (with indo-looking actor) with the character of busy women and modern. Key words: women, Sunda, images, Dayang Sumbi, Nyi Iteung, film
JEJAK KOMUNITAS TIONGHOA DAN PERKEMBANGAN KOTA BANDUNG Sugiri Kustedja
Jurnal Sosioteknologi Vol. 11 No. 26 (2012)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hubungan Tiongkok dan Nusantara banyak tercatat pada naskah kuno Tiongkok. Warga Tionghoa beremigrasi ke Indonesia terutama karena alasan ekonomi di samping situasi domestik Tiongkok yang kacau. Mereka menumpang perahu niaga junk yang rutin berlayar antara pesisir Tiongkok Selatan dan Batavia. Ketika VOC membangun Batavia untuk pijakan awal di Pulau Jawa, para pendatang Tionghoa diperlukan kemampuannya membangun dan menghidupkan Batavia untuk menggerakkan roda perekonomian. Ketika imigran swakarsa Tionghoa membanjir tanpa terkendali, VOC menjadi gamang dan permukimannnya dipisahkan dikelompokkan berdasarkan etnis. Kelompok Tionghoa diatur oleh wijkenstelsel sehingga terbentuk ghetto chineesenwijk serta diawasi pergerakkannya dengan passenstelsel. Tujuannya untuk memudahkan pengawasan sambil tetap memanfaatkan kemampuan perdagangan perantara dan jaringan distribusi ke pedalaman. Etnis Tionghoa menjadi terisolasi dari masyarakat setempat dan dijadikan alat pemerintahan kolonial, tanpa harus menanggung biaya organik pemerintahan kolonial. Pada kawasan urban terjadilah pecinan yang intens bercorak budaya dan arsitektur khusus, berbeda dari kawasan lainnya. Pada kasus kota Bandung; awal daerah pecinan (yang tidak tegas batasannya) terbentuk di pusat kota di sekeliling stasiun kereta api, Pasar Baru, jalan raya utama (Groote Postweg dan Pasar Baroeweg). Mereka menyebar mengikuti perkembangan kota. Secara historis pecinan Bandung hanya mengalami pengaturan kolonial pada akhir abad 19 dan awal abad 20 setelah kawasan Priangan dinyatakan terbuka bagi imigran. Kata kunci : pecinan, wijkstelsel, passenstelsel, etnis Tionghoa. Referring to Chinese historical notes, plenty information mentioning ocean voyages between China and Southeast Asia. Migrations occurs related with domestic problems; hungers and wars. Leaving southern China coastal area by commercial junks. When VOC set up Batavia as their first beach head on Java island, Chinese sojourners are the driving force in construction and economic activity. The favourable conditions brought waves of uncontrollable Chinese migrants to Java. Worried Dutch colonial declared ethnic segregation living areas( wijkenstelsel) creating Chinese ghetthoes in every major Java island cities. Ruled travel permits requirement (passenstelsel) to control the inhabitant activities. VOC utilized Chinese networks for inland distribution while isolated them from local people, exploited as colonial tools without any expenses from governmental budget. Those ghettoes leaving at specific urban area with intense cultural color and architectural style, differed with other area. The case of Bandung city, no clear boundry showing Chinese ghetto (pecinan), Chinese dwelling just following the city growth. They settled around train stations, New(major) market, and main streets. Historically Bandung's Chinese settlement just short period under strict colonial regulation; the end of 19th and early 20th centuries. Only after Priangan recidency was declared free for foreigner to move in. Keywords : Chinese ghettoes (pecinan), wijkstelsel, traveling permit (passenstelsel), immigrant.
PROGRAM PEMANFAATAN SISA TULANG IKAN UNTUK PRODUK HIDROKSIAPATIT: KAJIAN DI PABRIK PENGOLAHAN KERUPUK LEKOR KUALA TRENGGANU-MALAYSIA Dara Aisyah; Ibrahim Mamat; Zuha Rosufila; Nina Marlini Ahmad
Jurnal Sosioteknologi Vol. 11 No. 26 (2012)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan sisa tulang ikan sudah lama dilakukan kalangan peneliti di laboratorium, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak memahaminya. Oleh sebab itu, perlu transfer pengetahuan (transfer knowledge) melalui penyeliaan masyarakat untuk meningkatkan ilmu dan pemanfaatannya. Program transfer pengetahuan pengolahan (pabrik) kerupuk lekor adalah satu program penelitian UMT yang melibatkan masyarakat untuk memanfaatkan sisa tulang ikan menjadi berbagai produk keperluan masyarakat. Program ini dilihat sebagai upaya untuk memperbaiki lingkungan masyarakat dan menyumbang kepada pembangunan kebijakan, pelaksanaan, dan kajian dalam social engineering. Tulang ikan merupakan salah satu bentuk sisa yang dihasilkan dari industri pengolahanan ikan yang memiliki kandungan kalsium terbanyak dalam tubuh ikan. Dari aspek keperluan makanan dan gizi, tulang ikan sangat kaya akan kalsium yang diperlukan manusia karena unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor, dan karbonat. Pelibatan atau partisipasi masyarakat untuk memanfaatkan sisa tulang ikan secara langsung dalam setiap proses yang dijalankan di kawasan mereka adalah untuk mencapai usaha pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat menekankan pelibatan individu dalam masyarakat untuk belajar dan bekerjasama demi tujuan pembangunan masa depan melalui pemanfaatan sisa tulang ikan yang dapat dimanfaatkan menjadi hidroksiapatit untuk mengatasi pencemaran lingkungan dalam pembuangan logam berat. Selain itu, tulang ikan juga boleh dimanfaatkan sebagai bahan implan dalam penggantian tulang (bone substitution), katup jantung, sambungan pinggul, dan juga bahan implan lain di dalam badan/tubuh manusia serta sebagai pengganti gigi manusia. Hal ini disebabkan oleh ciri-cirinya yang sama dengan tulang dan gigi manusia dari segi struktur kimia. Kata Kunci: transfer pengetahuan, sisa tulang ikan, pemanfaatan, hidroksiapatit, pembangunan masyarakat pesisir, penglibatan, pengolahan kerupuk lekor. The fishbone waste has long been utilized among laboratory researches and it is unfortunate that still many communities fail to understand its importance that makes it necessary for a transfer of knowledge through the community supervision to enhance the knowledge and use. Knowledge transfer program to the community of fish crackers processors is a UMT research program involving the community to utilize their fishbone waste into a wide range of community needs. The program is seen as having the capability to improve the community environment and contribute to policy development, implementation, and research in social engineering. Fishbone is a form of waste produced from the fish crackers processing industries that contains the highest content of calcium in a fish. From the aspect of food and nutrition, fishbone is rich in calcium, phosphorus and carbonate that are needed by man. Community involvement to utilize fishbone waste into hydroxyapatite is a way to enhance community development and reduce pollution. In addition, it can also be used as implant materials in bone replacement, heart valves, hip extension and other implants in human body. Keywords : knowledge transfer, fishbone waste, hydroxyapatite, coastal communitydevelopment, crackers processor.
Sistem Komunikasi Indonesia Nia Kurniasih
Jurnal Sosioteknologi Vol. 11 No. 26 (2012)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nilai-nilai dasar Pancasila menyebabkan Sistem komunikasi Indonesia berbeda dari sistem komunikasi negara-negara lain, baik yang berhaluan liberalisme maupun komunisme. Nilai-nilai tersebut membentuk karakteristik sistem komunikasi tersendiri sehingga ilmu komunikasi di Indonesia, sebagai ilmu sosial yang tidak lepas dari faktor sejarah dan kebudayaan, memiliki karakteristik tersendiri. Perbedaan karak-teristik ini menjadi inti bahasan Arifin Anwar, profesor dalam ilmu Komunikasi yang juga malang melintang dalam bidang sosial politik, dalam bukunya yang berjudul "Sistem Komunikasi Indonesia".

Page 1 of 1 | Total Record : 6